“Jasanya tak lekang (terkikis) oleh waktu, Riwayatnya tak sirna oleh masa, Meskipun beliau telah pergi. Sebagai santri terlalu sulit kami melupakanya, terlebih kami yang masih mengharap keberkahan ilmu darinya”. Ungkapan ini yang mencoba menggambarkan sosok Ulama yang sabar dan Istiqomah, Beliau adalah KH. Ahmad Munawwir.
“Mbah Yai Ahmad”, demikianlah santri-santri beliau memanggilnya. Beliau adalah putra KH.Moenawir dari istri yang kelima yaitu Ny. Khodijah. Tepatnya anak ke empat dari lima bersaudara yang lahir di Bantul pada tanggal 23 Januari 1939 M.
KH. Ahmad Munawwir sempat mengeyam pendidikan di beberapa Pondok Pesantren. Awal Pendidikan Al-Qur’an diterima dari kakak beliau yakni KH. R. Abdul Qodir Munawwir, karena saat KH. M. Moenawir wafat beliau masih berusia kurang lebih 3 tahun. Sehingga tidak sempat belajar Al Qur’an langsung pada sang ayah.
Kemudian ketika beranjak dewasa beliau meninggalkan kampung halaman untuk menuntut ilmu ke beberapa pondok pesantren diantaranya PP. Tugung Genteng Banyuwangi (KH. Abbas), PP. Sampole Perak Jombang (KH. Umar Zahid) dan PP. Kudus (KH. Arwani Amin). Hingga akhirnya beliau pulang ke kampung halamannya di Krapyak kemudian mengajar di sana.
KH. Ahmad Munawwir merupakan salah satu pengajar Al-Qur’an di Pondok Pesantren Krapyak yang kemudian berganti nama PP. Al Munawwir Krapyak Yogyakarta pada tahun 1976 M. Melihat perkembangan santri saat itu yang kurang kondusif untuk menghafal Al-Qur’an. Dimana saat itu pengajian kitab dan pengajian Al-Qur’an menjadi satu. Kemudian muncul niat beliau untuk mendirikan Madrasah Hufadz (Madrasah Penghafal Al-Qur’an) tersendiri yang
awalnya bernama “Ribatu Tahfidil Qur’an” dengan tujuan agar santri lebih istiqomah dalam menghafalkan Al-Qur’an. Madrasah Ribatu Tahfidil Qur’an ini berlokasi diperbatasan kota Madya Yogyakarta, kurang lebih 200 meter arah utara dari pondok pusat yang kini bernama PP. Al-Munawwir Komplek L akan tetapi beliau tetap menjadi salah satu pengajar di PP. Al Munawwir Pusat.
Istri KH. Ahmad Munawwir bernama Ny. Shofiyah yang di karuniai putra bernama KH.Muhammad Munawwar. Dan saat ini KH. Muhamad Munawwar melanjutkan menjadi pengasuh PP. Al Munawwir Komplek L. Sebenarnya KH. Muhammad Munawar Ahmad Memiliki kakak tetapi meninggal ketika masih kecil.
Salah satu santri KH. Ahmad, Bapak Suhadi Chozin mengungkapkan KH. Ahmad adalah seorang ulama yang sangat akrab dengan para santrinya. Di luar kegiatan pengajian, KH. Ahmad juga dekat dengan masyarakat. Selain itu dulu pengajian Al Qur’an langsung di pegang oleh KH. Ahmad sehingga waqof dan washol semua seragam. Beliau sosok seorang ulama yang sangat istiqomah dalam mengajar juga dalam melaksanakan shalat berjamaah. ”Beliau adalah guru Al Qur’an yang sangat di takdhimi oleh santrinya.” Tegas Bapak Suhadi Chozin .
(ame,fuad, ved, L ahaz)
“Mbah Yai Ahmad”, demikianlah santri-santri beliau memanggilnya. Beliau adalah putra KH.Moenawir dari istri yang kelima yaitu Ny. Khodijah. Tepatnya anak ke empat dari lima bersaudara yang lahir di Bantul pada tanggal 23 Januari 1939 M.
KH. Ahmad Munawwir sempat mengeyam pendidikan di beberapa Pondok Pesantren. Awal Pendidikan Al-Qur’an diterima dari kakak beliau yakni KH. R. Abdul Qodir Munawwir, karena saat KH. M. Moenawir wafat beliau masih berusia kurang lebih 3 tahun. Sehingga tidak sempat belajar Al Qur’an langsung pada sang ayah.
Kemudian ketika beranjak dewasa beliau meninggalkan kampung halaman untuk menuntut ilmu ke beberapa pondok pesantren diantaranya PP. Tugung Genteng Banyuwangi (KH. Abbas), PP. Sampole Perak Jombang (KH. Umar Zahid) dan PP. Kudus (KH. Arwani Amin). Hingga akhirnya beliau pulang ke kampung halamannya di Krapyak kemudian mengajar di sana.
KH. Ahmad Munawwir merupakan salah satu pengajar Al-Qur’an di Pondok Pesantren Krapyak yang kemudian berganti nama PP. Al Munawwir Krapyak Yogyakarta pada tahun 1976 M. Melihat perkembangan santri saat itu yang kurang kondusif untuk menghafal Al-Qur’an. Dimana saat itu pengajian kitab dan pengajian Al-Qur’an menjadi satu. Kemudian muncul niat beliau untuk mendirikan Madrasah Hufadz (Madrasah Penghafal Al-Qur’an) tersendiri yang
awalnya bernama “Ribatu Tahfidil Qur’an” dengan tujuan agar santri lebih istiqomah dalam menghafalkan Al-Qur’an. Madrasah Ribatu Tahfidil Qur’an ini berlokasi diperbatasan kota Madya Yogyakarta, kurang lebih 200 meter arah utara dari pondok pusat yang kini bernama PP. Al-Munawwir Komplek L akan tetapi beliau tetap menjadi salah satu pengajar di PP. Al Munawwir Pusat.
Istri KH. Ahmad Munawwir bernama Ny. Shofiyah yang di karuniai putra bernama KH.Muhammad Munawwar. Dan saat ini KH. Muhamad Munawwar melanjutkan menjadi pengasuh PP. Al Munawwir Komplek L. Sebenarnya KH. Muhammad Munawar Ahmad Memiliki kakak tetapi meninggal ketika masih kecil.
Salah satu santri KH. Ahmad, Bapak Suhadi Chozin mengungkapkan KH. Ahmad adalah seorang ulama yang sangat akrab dengan para santrinya. Di luar kegiatan pengajian, KH. Ahmad juga dekat dengan masyarakat. Selain itu dulu pengajian Al Qur’an langsung di pegang oleh KH. Ahmad sehingga waqof dan washol semua seragam. Beliau sosok seorang ulama yang sangat istiqomah dalam mengajar juga dalam melaksanakan shalat berjamaah. ”Beliau adalah guru Al Qur’an yang sangat di takdhimi oleh santrinya.” Tegas Bapak Suhadi Chozin .
(ame,fuad, ved, L ahaz)
Nama Lengkap : KH. Ahmad Munawwir
Tempat/ Tanggal Lahir : Bantul, 23 Januarib1939 M/ 10 Dzulqaidah 1355 H
Pendidikan : PP. Krapyak (KH.R. Abdul Qodir), PP. Tugung Genteng Banyuwangi (KH. Abbas), PP. Sampole Perak Jombang (KH. Umar Zahid), PP. Kudus (KH. Arwani Amin).
Tempat/ Tanggal Lahir : Bantul, 23 Januarib1939 M/ 10 Dzulqaidah 1355 H
Pendidikan : PP. Krapyak (KH.R. Abdul Qodir), PP. Tugung Genteng Banyuwangi (KH. Abbas), PP. Sampole Perak Jombang (KH. Umar Zahid), PP. Kudus (KH. Arwani Amin).
0 komentar:
Posting Komentar